Makalah Tauhid Syahadat dan Implementasi dalam Kehidupan
Makalah Tauhid Syahadat dan Implementasi dalam Kehidupan
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini berjudul “TAUHID, SYAHADAT DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN” Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman
dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Cikarang,
27 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
B. Pengertian Syahadat
C. Tauhid, Syahadat dan Implementasinya dalam
kehidupan
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang memiliki aturan, yakni dengan
beriman kepada rukun islam dan rukun iman, dari kedua rukun tersebut dapat
dijadikan sebagai pondasi kokohnya agama islam. Ketika bicara dengan keimanan
maka erat kaitannya dengan masalah keyakinan.
Di dalam islam, tauhid merupakan ajaran pokok yang harus
dipahami dan diamalkan oleh semua pemeluknya. Lebih dari itu, tauhid harus
tercermin dalam kehidupan sehari hari. Tanpa penghayatan dan pengalaman, tauhid
hanyalah perbincangan omong kosong yang tidak ada dampaknya bagi diri kita,
apalagi di hadapan Allah SWT.
Syahadat dalam islam merupakan rukun pertama dan sebagai
dasar bagi rukun rukun lainnya. Syahadat adalah ikrar atau pernyataan tentang
dasar-dasar seorang hamba tentang ketauhidan Allah SWT dan keimanan.
Namun bila kita melihat realita, keimanan dan ikrar hanyalah
sebatas ungkapan yang tak banyak artinya. oleh karena itu, implementasi tauhid
dan syahadat di dalam kehidupan sangat perlu untuk dipahami dan dipelajari
lebih dalam, karena itulah bukti nyata keimanan serta keyakinan seorang hamba
meski disempurnakan lagi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Tauhid ?
b. Apa Pengertian Syahadat ?
c. Bagaimana Implementasi tauhid dan
syahadat dalam kehidupan ?
C. Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Tauhid
b. Mengetahui Pengertian Syahadat
c. Mengetahui Implementasi tauhid dan
syahadat dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tauhid
Tauhid
(Arab :توحيد) dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”,
mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau
mengiktikadkan bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid
diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku
kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam
ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT sendiri didalam surat Al-baqarah:163
yang artinya :
“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Macam-Macam Tauhid
Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Tauhid R ububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
1. Tauhid Rububiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta; bahwa Allah adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka.
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1).
2. Tauhid Uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya yang berhak disembah dan dimintaipertolongan.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”(Qs. Al-Fatihah: 5).
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan hadits, yakni Asmaul Husna.
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180). Wallahu a’lam
Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Tauhid R ububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
1. Tauhid Rububiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta; bahwa Allah adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka.
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1).
2. Tauhid Uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya yang berhak disembah dan dimintaipertolongan.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”(Qs. Al-Fatihah: 5).
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan hadits, yakni Asmaul Husna.
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180). Wallahu a’lam
B.
Pengertian
Syahadat
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (شهد), yang artinya ia telah
menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan
kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai RasulNya.
Dalam
penerapan syahadat dibagi menjadi 2
makna syahadat,yaitu:
1. Pengakuan Ketauhidan
Pengakuan ketauhidan
berbunyi :
“ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH”
Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah,
Adapun keutamaan
kalimat ‘LAA ILAHA ILLALLAH’
Ibnu
Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan, “Kalimat Tauhid (yaitu Laa Ilaha
Illallah) memiliki keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin bisa
dihitung.” Lalu beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keutamaan kalimat yang
mulia ini. Di antara yang beliau sebutkan:
Kalimat
‘Laa Ilaha Illallah’ merupakan harga surga
Suatu saat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar muazin mengucapkan ‘Asyhadu alla ilaha
illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muazin tadi,
{ خَرَجْتَمِنَالنَّارِ
}
“Engkau terbebas dari
neraka.” (HR. Muslim no. 873)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda,
{ مَنْكَانَآخِرُكَلَامِهِلَاإِلَهَإِلَّااللهُدَخَلَالجَنَّةَ
}
“Barang siapa yang
akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia
akan masuk surga.” (HR. Abu Daud.. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam
Misykatul Mashobih no. 1621)
seorang muslim hanya
mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain selain
Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu
yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah
sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
2. Pengakuan Kerasulan
Pengakuan kerasulan berbunyi
:
“WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR RASULULLAH”
…dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Syarat mengakui syahadat kerasulan :
Syarat
Pertama: Mengakui kerasulan beliau dan
meyakininya di dalam hati.
Syarat
Kedua: Mengucapkan syahadat tersebut, mengakuinya
secara zhahir melalui lisan.
Syarat
Ketiga: Mengikuti beliau dengan mengamalkan
kebenaran yang beliau bawa, dan meninggalkan kebatilan yang beliau larang.
Syarat
Keempat: Membenarkan apa yang beliau kabarkan,
berupa perintah dan larangan, serta perkara-perkara gaib di masa lalu maupun
masa datang, serta yang selain itu.
Syarat
Kelima: Mencintai beliau dengan kecintaan yang
lebih daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri, daripada harta kita, orang
tua kita, anak-anak kita, dan daripada seluruh manusia. Dalilnya
adalah: Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa
Rasululllah bersabda: , “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai
aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR
Al Bukhari 15, Muslim 44)
Syarat
Keenam: Mengedepankan ucapan beliau daripada
ucapan seluruh manusia, siapa pun orang tersebut, serta mengamalkan sunnah
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
C.
Tauhid,
Syahadat dan Implementasinya dalam kehidupan
Konsep
awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah menciptakan
alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluq (yang
diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini
merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum
mengimani hal ini ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muaslim yang lurus.
Akan
tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya dengan
membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan manifestasi
dalam realitas empiris.
Jika
tauhid kita artikan peng-esaan Tuhan, pengakuan kita bahwa Tuhan hanya ada
satu. Dan artinya kita hanya fokus kepada satu Tuhan, tidak lebih tidak kurang,
dan Dia tidak lain adalah Allah SWT. Salah satu aplikasi sosialnya adalah tidak
percaya akan peramal dan dukun, artinya kita hanya percaya bahwa Allah-lah yang
bisa memberikan pertolongan, bukan dukun, bukan pula peramal.Karena jika kita
tidak berpikiran demikian, maka berarti kita telah menduakan Dia sebagai Yang
Maha memberikan pertolongan.
Akan
tetapi, hal ini mulai terhapus dan dihapus pada masa ini, terutama bisa kita
lihat munculnya dukun-dukun entertainer yang sering muncul di televisi, entah
Mama laurent, Ki Bodo atau yang lainnya.
Tidak
bisa kita pungkiri jika saat ini banyak orang percaya bahwa Tuhan itu Esa,
mengaku bahwa Muhammad itu Nabi mereka, akan tetapi mereka tidak pernah
sekalipun melakukan penyembahan terhadapNya baik melalu shalat ataupun puasa
atau yang lainnya, mereka juga tidak peka terhadap kehidupan sekitarnya, mereka
tidak menghiraukan ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi didekatnya. Hal
ini menunjukkan bahwa Tauhid hanya menjadi pajangan hati saja, tanpa implikasi
sosial yang berarti.
Makna
ini juga mempunya sisi lain yang dapat dan harus kita implementasikan dalam
kehidupan sosial. Kesetiaan dan ketaatan adalah sebuah keniscayaan yang harus
kita miliki selama kita menginginkan kehidupan yang tentram. Karena hanya
dengan keduanya kita bisa menjalin relasi yang baik dengan orang lain, hanya
dengan keduanya kita bisa membangun kepercayaan orang lain terhadap kita. Kita
harus setia terhadap aturan dan hukum sosial yang ada, kita juga harus setia
dan taat terhadap segala janji yang kita ucapkan terhadap orang lain. Ini
adalah pondasi kita untuk menggapai kesejahteraan bersama sebagai mahluk yang
oleh Plato disebut Zoon Politicon atau mahluk yang bermasyarakat.
Jika
kita ingat sebuah perkataan Nabi yang menyatakan bahwa jika berjanji lalu kita
mengingkari, maka itu berarti kita masuk dalam golongan orang-orang munafik.
Maka sama dengan hal ini, jika kita tidak setia dan tidak taat terhadap janji
kita dalam ranah sosial, maka itu berarti bahwa kita “munafik sosial”.
Tapi,
lagi-lagi hal ini juga nampak mulai luntur dalam kehidupan masyarakat kita.
Pengingkarana dan penghianatan telah banyak dilakukan oleh banyak orang,
termasuk oleh para petinggi negeri yang megingkari janjinya dengan memakan uang
yang seharusnya tidak mereka makan. Pengingkaran tauhid sosial ini juga
dilakukan oleh para tullab—yang seharusnya jujur—dengan budaya “mengutip total”
alias plagiat bin copy-tempel tugas-tugas mereka, agar mendapatkan nilai bagus
yang mana hal ini juga berarti “musyrik” terhadap kewajiban utama mereka, krena
menduakan kewajiban mencari ilmu dengan mencari nilai.
Seharusnya,
dengan Tauhid Sosial tersebut, realita-realita menyedihkan di atas tidak
muncul, dengan Tauhid Sosial umat Islam seharusnya mempraktikkan nilai-nilai
Tauhid ke dalam realitas sosial secara benar. Seorang muslim tidak cukup hanya
menjalankan tauhid dengan meyakini bahwa Allah itu esa, tetapi juga harus
menjalankan perintahNya dan peka terhadap urusan kemanusiaan, sehingga muncul
keseimbangan antara ibadah dan perilaku sosial. Hal inilah yang disebut sebagai
amal shalih.
Sikap
tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan menyebabkan sikap
ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid,
yaitu:
1.
Penyakit riya
Kelemahan
ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Qur’an sebagai peringatan bagi
manusia. Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya
proses terjadinya manusia (membuatnya) tak stabil. Bila mendapatkan kegagalan
lekas berputus asa. Bila mendapatkan kemenangan cepat menepuk dada”. (Al-Ma’aarij:
19-21)
2.
Penyakit ananiah (egoism)
Kemungkinan
kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain sikap riya ialah
manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan
mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi
yang mau beribadah ihsan dan khusyu.
3.
Penyakit takut dan bimbang
Rasa
takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang belum terjadi.
Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakal’alallah artinya
mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah akan
memberikan pemecahan masalah tersebut.
4.
Penyakit Zhalim
Zhalim
artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang
tidak semestinya.
5.
Penyakit hasad atau dengki
Hasad
tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain.
Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling hebat dan
paling berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat ada orang
lain yang kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi.
Di
era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global, seorang muslim
harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh
global yang datang banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-tauhid.
Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai muatan dunia
kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk mempertahankan diri dari arus
negative globalisasi tersebut.
Syahadat
dalam Islam merupakan rukun pertama dan sebagai dasar atau asas bagi
rukun-rukun lainnya. Syahadat merupakan pernyataan atau ikrar seorang hamba
atas apa yang diimaninya, atau juga sebagai ikrar dari persaksian seorang hamba
atas ketuhanan Allah Swt dan Muhammad bin Abdullah sebagai utusan-Nya dan
meniadakan sifat ketuhanan atas selain Allah. Oleh sebab itu pembahasan tentang
syahadat sudah barang tentu didalamnya membahas tentang iman yang berarti
membahas pula tentang aqidah. Berbicara tentang syahadat, berarti pula
berbicara tentang dasar-dasar ajaran islam, tentang ketauhidan, dan tentang
keimanan.
Akan
tetapi bukan berarti bahwa syahadat itu merupakan pekerjaan hati semata, karena
syahadat tergolong dalam ketentuan syara’, yakni sebagai rukun Islam yang
pertama, maka konsekwensinya adalah dilakukan sebagaimana rukun-rukun islam
yang lainnya.
Aqidah
jelas merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada
sesuatu. Sebagai pernyataan keimanannya tentu harus mengucapkan dua kalimat
syahadat sebagai keabsahan bahwa ia telah memeluk islam. Konsekwensinya adalah
bahwa setiap orang yang akan masuk Islam diwajibkan terlebih dahulu mengucapkan
dua kalimat syahadat. Tujuannya agar setiap muslim melakukan amalnya
berdasarkan pada makna dua kalimat syahadat dan dalam setiap tindakannya akan
disertai keikhlasan, kejujuran, rendah hati, dan berkeadilan. Dengan demikian
orang yang mengamalkan rukun pertama adalah orang yang bertakwa kepada Allah
SWT.
Sehingga
semua amalan yang kita lakukan pada intinya bertujuan untuk menjaga agar tetap
dalam kesaksian kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba
dan utusannya. Keyakinan inilah yang harus kita pertahankan hingga mati
menjemput raga kita semua, sedangkan amal kita masih terhalang oleh banyak hal
yang berkaitan dengan kebendaan kita selama hidup di dunia.. Persaksian inilah
yang akan ditanyakan nanti di alam kubur sebagai pintu pertama seseorang
mempertanggungjawabkan keimanannya di depan Allah, yakni tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
Pada
hakikatnya hidup kita ini merupakan kesaksian diri kita pada adanya Allah
sebagai pencipta alam raya dan sebagai Tuhan kita, kesaksian diri kita pada
Dzat yang telah menunjukkan manusia pada jalan kebenaran melalui para rasulnya,
kesaksian kita pada kebenaran para rasul dan dari semua yang datang dari diri
mereka.
Intinya,
sebagai ummat nabi Muhammad SAW kita hidup di dunia ini untuk kesaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai
hamba dan utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk
tentang para nabi dan para rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal
kita sudah seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan syahadat
rasul. Karena semua amal yang kita lakukan adalah derifasi dari pernyataan atas
keyakinan dan kesaksian tadi dan tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tauhid
berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa
Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Syahadat adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan
Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai RasulNya.
Sebagai
ummat nabi Muhammad SAW kita hidup di dunia ini untuk kesaksian bahwa tiada
tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai hamba dan
utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk tentang para
nabi dan para rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal kita sudah
seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan syahadat rasul. Karena
semua amal yang kita lakukan adalah derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan
kesaksian tadi dan tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya.
DAFTAR PUSTAKA
http//Copyleft almanhaj.or.id/
http//Ashshoghir.Wordpress.com/
http//Iqraku.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar